KOMPAS.com - Ajang Piala Eropa selalu membangkitkan kenangan indah dan mendalam bagi para pesepak bola yang pernah tergabung dalam tim yang menjuarainya. Kenangan tak terlupakan sebagai juara Piala Eropa itu tidak dirasakan banyak pesepak bola, sehingga siapa pun yang bisa merasakannya memiliki kebanggaan mendalam sebagai anggota tim juara.
Ada 159 pemain yang merasakan manisnya kemenangan di final Piala Eropa. Ribuan pemain lain hanya dapat memimpikan menikmati kenangan istimewa tersebut saat mengikuti turnamen akbar yang memasuki edisi ke-52 itu.
Pietro Anastasi baru lepas dari masa remajanya ketika membantu Italia menjuarai Piala Eropa pada 1968 di negerinya sendiri.
Sebaliknya, Arnold Muhren masuk usia 37 tahun saat membantu Belanda menjuarai Piala Eropa, dua dekade kemudian.
Inilah beberapa kesan para juara Piala Eropa dari masa ke masa, seperti dirangkum dalam situs resmi UEFA.
Viktor Ponedelnik, anggota tim Rusia di Piala Eropa 1960, yang mencetak gol kemenangan pada saat perpanjangan waktu.
Saya selalu menikmati kenangan di final mengalahkan Yugoslavia. Uni Soviet menjadi juara kejuaraan Eropa. Tiada seorang pun dapat melupakan momen kemenangan seperti itu. Bagi saya, kemenangan pada menit ke-113 itu adalah yang paling penting sepanjang karier saya. Saya mencetak banyak gol untuk klub dan tim nasional. Namun, ada pertandingan dan gol yang sangat spesial, yang menjadi titik tertinggi karier seorang pemain. Itu sepenuhnya milik saya, saat terbaik dalam hidup saya, katanya.
Luis Suarez, anggota tim Spanyol di Piala Eropa 1964. Gelandang yang menggerakkan tim tuan rumah mengalahkan Rusia di final.
Kenangan yang paling saya ingat adalah atmosfer saat itu karena Stadion Santiago Bernabeu sangat penuh sesak. Penonton sepenuhnya mendukung kami. Mungkin karena kami adalah tim pemain muda yang ingin meraih sesuatu. Saya membawa suasana tenang ke dalam tim dan meredam semua tekanan. Kami tampil baik sehingga layak menang. Padahal, ketika itu Uni Soviet memiliki tim yang sangat baik. Tim Spanyol tahun-tahun sebelumnya sebenarnya lebih bagus, tetapi tidak pernah meraih apa pun.
Antonin Panenka, anggota tim Cekoslowakia di final Piala Eropa tahun 1976. Mencetak gol kemenangan pada adu penalti melawan Jerman yang berakhir dengan skor 5-3.
Saya biasa tinggal dengan penjaga gawang kami setelah berlatih. Kami berlatih tendangan penalti. Kami suka bertaruh untuk sebatang cokelat atau segelas bir. Karena dia sangat bagus, taruhan itu menjadi cukup mahal bagi saya. Jadi, sebelum pergi tidur, saya selalu berpikir bagaimana bisa lebih baik dari dia. Saya mendapat ide untuk menunda tendangan dan kemudian memasukkannya. Saya mulai menggunakan cara itu pada pertandingan persahabatan, kemudian di liga, dan puncaknya di Piala Eropa.
Kuda Hitam, Horst Hrubesch, anggota tim Jerman Barat di final 1980. Meski bukan starter, dia mencetak dua gol kemenangan atas Belgia.
Saya bertanding di tiga pertandingan tanpa mencetak gol. Jika Jupp Derwall tidak memilih saya, saya tidak bisa menentangnya. Akan tetapi, dia membuat pilihan tepat. Saya mencetak gol pembuka, tetapi pada babak kedua, Belgia menunjukkan kelasnya dan menyamakan pada menit ke-75. Itu hari yang sangat panas dan saya ingat begitu kelelahan setelah pertandingan sehingga sulit untuk mengangkat trofi. Gol kedua saya, dari tendangan penjuru Karl-Heinz Rummenigge, sangat penting.
Sang penyihir, Marco van Basten, anggota tim Belanda di final turnamen Piala Eropa tahun 1988 di Jerman.
Anda membutuhkan banyak keberuntungan dan waktu itu keberuntungan diberikan kepada saya. Itu satu perasaan yang fantastis. Itulah saat ketika kami bisa mengatakan, ini unggul 2-0, kami dapat memenangi pertandingan. Saya tidak menyadari apa yang sudah saya perbuat ketika mencetak gol kedua Belanda dengan cara istimewa. Gol itu tercipta setelah mendapat bola dari Arnold Muhren. Kami menang di final melawan Rusia, 2-0. (OKI)
Via: Bangganya Menjadi Juara Eropa
No comments:
Post a Comment